Thursday, November 8, 2012

Fakta Mencengangkan Tentang Sampah Elektronik

Tahu kah kamu, ternyata E-Waste atau sampah elektronik menyumbang global warming dan pencemaran lingkungan yang besar bagi kehidupan. Hal dini disebabkan E-Waste mengandung bahan beracun dan termasuk pada limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).



sumber: hijauku.com
Seperti yang kita ketahui bersama, saat ini teknologi begitu canggih, produksi elektronik di seluruh negara tak terkecuali Indonesia berlomba-lomba memikat konsumen dengan fitur canggih, namun harga terjangkau dalam waktu yang berdekatan. Seperti halnya gadget yang sedang marak dan jadi gaya hidup kebanyakan kita.
Terbayangkan, dikemanakan barang-barang elektronik sebelumnya? Fenomena cepatnya produksi teknologi baru tentu akan menggeser teknologi sebelumnya yang belum tentu dipakai kembali. Hal ini bakal jadi hal yang cukup menakutkan mengingat barang elektronik memiliki efek yang berbahaya karena elemen-elemennya yang terbuat dari jenis logam.
 
 

Berikut fakta-fakta mengenai sampah elektronik yang mungkin belum kita ketahui:

  • Di Amerika hingga sekarang produksi mencapai 300 juta hingga 400 jutabarang elektronik pertahun.
  • Di Indonesia sendiri berdasarkan data BPS tahuin 2012, produksi elektronik dalam negeri untuk 2 (dua) jenis saja yaitu televisi dan komputer, jumlahnya cukup mencengangkan. Indonesia mampu memproduksi televisi sebanyak 12.500.000 kg/tahun. Jumlah televisi impor; 6.687.082 kg/tahun.
  • Dari jumlah tersebut, televisi berpotensi menghasilkan e-waste sebanyak 12.491.899.469 kg/tahun. Sementara untuk komputer, Indonesia mampu memproduksi 12.491.899.469 kg/tahun, dengan jumlah impor 35.344.733 kg/tahun. Dan potensi e-waste yang dihasilkan mencapai 36.020.493.768 kg/tahun. Padahal komposisi dalam sebuah komputer banyak mengandung silica/glass, palstik, ferrous metal dan lain-lain.
  • Di Afrika Selatan dan China, diprediksi akan terjadi lonjakan e-waste hingga 200 – 400 persen pada tahun 2020.
  • Menurut data dari UNEP (Program Lingkungan Hidup PBB) secara global e-waste tumbuh 40 juta ton setiap tahunnya. Sampah ponsel dan komputer personal sebagai penyumbang terbesar. Limbah emas dan perak 3%, palladium 13% dan kobalt 15%, setiap tahunnya.
  • 2% sampah elektronik akan sama saja dengan 70% limbah beracun yang ada di tempat pembuangan sampah. Jumlah ekstrim dari  timbal dalam elektronik mampu menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat, perifer, darah dan ginjal.
  • Karena pesatnya produksi elektronik terutama komputer, hanya sekitar 15% yang mendaur ulang komputer mereka dan berarti 85% berada di tempat sampah.
  • Sekitar 50 juta ponsel yang diganti dalam waktu satu bulan di seluruh dunia. Hanya sekitar 10% yang mendaur ulangnya. Andai saja 1 juta ponsel di daur ulang maka akan mengurangi gas emsisi sebanyak gas yang dihasilkan 1.358 mobil selama setahun.
  • Monitor LCD atau notebook banyak yang mengandung sedikit merkuri.
  • Tabung sinar katoda pada TV dan komputer berisi 4-7 lbs timah
  • Sekitar 80% limbah dari AS dikirim ke Asia
  • Secara rerata, volume e-waste terus mengalami peningkatan 3 – 5 % per tahun. Jumlah ini tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan limbah jenis lain. Saat ini saja, 5% limbah padat yang dihasilkan dunia adalah e-waste. Jumlah ini hanya bisa disaingi oleh jumlah limbah kantung plastik
Lalu, bagaimana solusinya?
  • Di Indonesia, penanganan limbah B3 diatur dalam beberapa peraturan antara lain; Kerpres 61/1993 tentang Ratifikasi Konvensi Basel, Perpres 47/2005 tentang Ratifikasi Ban Ammendement, UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP Nomor 18/1999 jo PP Nomor 85/1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
  • Dua lembaga internasional yaitu International Telecommunication Union (ITU) dan Secretariat of the Basel Convention (SBC) mendatangani kerja sama untuk memromosikan pengelolaan sampah-sampah elektronik, termasuk pengumpulan dan proses daur ulang bahan-bahan berbahaya di dalamnya.
  • Pada Intinya semua negara setuju untuk mengurangi sampah elektronik dengan proses daur ulang dan menerapkan praktik serta standar ramah lingkungan.
sumber:
ylki.or.id
dosomething.org
hijauku.com

No comments: