Saturday, October 17, 2015

Indonesia di Mata Cewek Swedia


Tak mudah ternyata berada di Indonesia bagi seorang Otilia, cewek asing dari Swedia. Tapi setelah sebulan hatinya mulai meleleh jatuh cinta.

Mulai dari kesan orang Indonesia yang begitu mudah menyapa orang asing yang belum dikenal, sampai pengalaman sangat menakutkan untuk menyeberang di zebra cross, karena pengemudi tak peduli.

Otilia Arfwidsson nama lengkapnya, staf bidang politik pada Kedutaan Besar Kerajaan Swedia di Jakarta.

Ia berbagi pengalamannya itu dalam laman Facebook Kedubes Swedia, seperti dikutip detikcom hari ini, Sabtu (17 Oktober 2015).

"Selamat pagi, Ibu! Apa kabar?" Salam itu ditujukan padaku setiap pagi saat aku berangkat kerja, sebagian besar dari mereka sepenuhnya tak kukenal.

Sebagai cewek Swedia yang kaku, datang dari budaya Swedia yang lebih hati-hati, salam dan pertanyaan dari sembarang orang di jalanan merupakan sedikit gegar budaya selama hari-hari pertama di sini. Di Indonesia, perilaku sosial ini sepenuhnya normal.

Selain orang-orang ramah, pengalaman positif lainnya yang telah aku peroleh adalah lingkungan nan indah di Pulau Weh, makanan jalanan nan lezat dan murah, seperti nasi goreng dan bakmi, komuter dengan ojek dan iklim yang hangat.

Sesuatu yang aku masih belum sepenuhnya terbiasa adalah lalu lintas kacau. Selama hari-hari pertama aku di sini, aku hampir tidak berani menyeberang jalan karena takut tertabrak mobil. Mereka tidak mau berhenti manakala aku menunggu di zebra cross, tempat penyeberangan pejalan kaki!

Kini, setelah satu bulan di sini, aku telah belajar bahwa semua yang perlu dilakukan adalah berjalan biasa sambil melambaikan tangan ke arah mobil untuk menyetop mereka.

Selama waktuku di sini, aku telah beranjak mencintai negeri yang tersusun atas ribuan pulau ini. Dan kini ketika aku ditanya oleh seseorang, "Apa kabar?" Aku akan menjawab "Baik sekali!"

Tulisan ringan Otilia mengenai Indonesia ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat kedua bangsa, Swedia-Indonesia.

"Senang sekali Anda telah mengenal negara di mana aku mulai mencintainya pada 1984. Semoga Anda akan mencintainya sebanyak aku mencintainya," demikian antara lain komentar Juergen Nillson.

Sementara Deni Ahmad, dari namanya dapat diduga dia orang Indonesia, juga melalui pesan pendeknya ikut menanggapi.

"Menyenangkan berada di sini. Kami bangsa Indonesia menyambut siapa saja dari budaya yang berbeda-beda," tulis Deni.

http://news.detik.com/berita/3046295/indonesia-di-mata-cewek-swedia

Friday, October 16, 2015

Apple Ingin Bangun Pusat Riset di Indonesia


Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia (Menkominfo) Rudiantara  mengatakan telah menggelar pertemuan dengan manajemen Apple. Pertemuan itu membahas soal rencana investasi dan aturan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).

Untuk saat ini, menurut Rudiantara, Apple memang masih belum mengungkap detail soal rencana investasi tersebut. Namun, ada niat untuk membangun sebuah pusat riset dan pengembangan (research and development) di Indonesia

"Mereka (Apple) mengusulkan, mereka maunya model seperti Brasil diadopsi di Indonesia. Saat ini belum detail, tetapi mereka berpikir untuk bangun research and development di Indonesia," kata Rudiantara saat ditemui KompasTekno seusai acara Ulang Tahun Ke-19 XL Axiata, di Grha XL, Jakarta, Jumat (16/10/2015).

Selain membicarakan soal investasi, pertemuan itu juga membahas soal TKDN yang akan diterapkan sebagai syarat masuk dan peredaran ponsel 4G di Indonesia. Seperti diketahui, aturan itu mensyaratkan, smartphone 4G LTE berbasis frequency-division duplex (FDD) harus mengandung 30 persen komponen lokal pada 2017.

Terkait TKDN ini, Pemerintah Indonesia berusaha memberikan penjelasan mengenai komponen-komponen yang akan termasuk dalam perhitungan 30 persen tersebut. Komponen yang dimaksud bukan cuma soal hardware, melainkan juga software.

"Kami jelaskan soal TKDN. Kemenperin kan saat ini sedang menyiapkan detail yang 30 persen ini. Namun, arahnya adalah dibagi. Ada yang ke development yang isinya ada research and development, desain, dan sebagainya. Ada yang ke arah manufaktur, yang software dan hardware. Nanti detilnya dari Kemenperin," kata pria yang akrab disapa Chief RA itu.

Sebelumnya, sekitar awal September ini, Kemenperin mengungkap, mereka sedang membahas cara menghitung software dan design house sebagai bagian dari TKDN. Salah satu hal yang menjadi pokok bahasan adalah agar jumlah TKDN software dan design house ini tetap proporsional jika dibandingkan dengan nilai TKDN dari investasi pendirian pabrik manufaktur.

http://tekno.kompas.com/read/2015/10/16/14390007/Apple.Ingin.Bangun.Pusat.Riset.di.Indonesia?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Ktswp

Wednesday, October 14, 2015

Dhayita Daneswari, Polwan Berusia 23 Tahun Ini Sudah Jadi Kapolsek


Meski usianya baru 23 tahun dan baru enam tahun menjadi polisi, Dhayita Daneswari telah dipercaya menjadi Kepala Kepolisian Sektor Candisari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Polisi wanita berpangkat inspektur polisi satu (iptu) ini menjadi salah satu kepala kepolisian sektor berusia muda. 
Saat wawancara dengan Kompas.com, Daneswari terlihat enjoy mengenakan dua balok emas di kedua pundaknya. Dara kelahiran Semarang, 24 Desember 1991, itu lulus dari Akademi Kepolisian pada 2012. Adapun Markas Polsek Candisari yang dipimpinnya baru dibentuk pada 21 September 2015.
"Saya baru enam tahun jadi polisi, jadi ini kebanggaan tersendiri," ujar Daneswari.

Rekan seangkatannya juga ada yang menjadi kepala kepolisian sektor, tetapi ditugaskan di luar Jawa. Ia mengatakan, jabatan kepala pada kepolisian sektor (polsek) yang masih baru memang diserahkan kepada polisi dengan pangkat iptu. Adapun untuk polsek yang sudah lama didirikan, jabatan diserahkan kepada perwira menengah berpangkat komisaris polisi.

Setelah lulus dari Akpol, Daneswari lantas melanjutkan pendidikan satu tahun di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian di Jakarta. Setelah lulus, ia ditugaskan di kampung halamannya sebagai kepala unit di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Semarang. Setelah itu, ia digeser menjadi Panit Reskrim di Mapolsek Tembalang, Semarang, hingga pernah menjadi pengasuh polwan di Sekolah Polisi Negara di Purwokerto.

Setelah bertugas di Mapolsek, ia dikembalikan ke Mapolrestabes Semarang untuk bekerja di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA). "Ini tanggung jawab saya sebagai polisi. Saya enggak terkejut," ujarnya.
Dengan jabatan barunya, Daneswari akan memimpin lebih dari 30 anggota polisi yang usianya jauh lebih tua darinya. Untuk itu, ia harus tetap hormat dan sopan kepada rekan kerja yang lebih tua sebagaimana adat orang Jawa. Ia juga berusaha melayani warga dengan sebaik mungkin.
"Saya paling muda di kantor. Untuk yang terpaut usia, ya tetap harus ngajeni (menghormati). Enggak mentang-mentang Kapolsek, muda, terus seenaknya," kata dia.


http://nasional.kompas.com/read/2015/10/14/12251711/6.Tahun.Jadi.Polisi.Polwan.Berusia.23.Tahun.Ini.Sudah.Jadi.Kapolsek?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kpopwp

Monday, October 12, 2015

Desember, Beli Kartu SIM Mesti Tunjukkan KTP


Dalam dua bulan mendatang, tepatnya 15 Desember 2015, pemerintah akan mulai menertibkan pendaftaran kartu SIM baru untuk telepon seluler. Semua pembeli kartu SIM diwajibkan menunjukkan dan mencatatkan kartu identitasnya kepada penjual.

"Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama operator dan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) sudah sepakat memulai penertiban tanggal 15 Desember 2015," ujar Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenkominfo Ismail Cawidu dalam pesan singkat kepada KompasTekno, Senin (12/10/2015).

"Kalau ada pembeli SIM card baru, registrasinya dilakukan oleh petugas operator yang sudah diberi identitas sehingga semua nomor (yang dibeli) bisa ditelusuri. Saat ini, semua operator masih dalam proses penyelesaian aplikasinya masing-masing," ujarnya.

Petugas operator yang dimaksud berada dalam konter atau gerai dan sudah mendapatkan nomor identitas terdaftar dari operator telekomunikasi.

Selanjutnya, pembeli kartu SIM mesti menunjukkan identitasnya, misalnya kartu tanda penduduk (KTP), surat izin mengemudi (SIM), paspor, atau kartu keluarga. Registrasi kartu SIM mesti menggunakan nomor identitas penjual dan data identitas pembeli sehingga tidak bisa lagi dilakukan di luar gerai.

Selama ini, registrasi prabayar dilakukan oleh pembeli dengan cara mengirim pesan ke 4444. Namun, cara tersebut dinilai terlalu longgar sehingga banyak pembeli yang asal menuliskan nama, alamat, dan tanggal lahir.

Kelonggaran tersebut dinilai berkontribusi terhadap munculnya SMS spam (pesan singkat yang mengganggu) dan biasanya berisi penipuan. Dengan menertibkan proses registrasi prabayar, diharapkan hal seperti itu akan berkurang.


http://tekno.kompas.com/read/2015/10/13/09150067/Desember.Beli.Kartu.SIM.Mesti.Tunjukkan.KTP

Sunday, October 11, 2015

BlackBerry resmi menggunakan OS Android


Setelah rumornya beredar selama berbulan-bulan, rasa penasaran tentang perangkat Android besutan BlackBerry terjawab sudah.

Pada Jumat (25/9/2015), CEO BlackBerry John Chen mengumumkan bahwa pihaknya memang tengah bersiap meluncurkan smartphone berbasis sistem operasi Android.

“Saya konfirmasikan hari ini bahwa ponsel slider yang kami sempat ungkapkan keberadaannya awal tahun ini memang sebuah smartphone Android bernama Priv,” tulis Chen dalam sebuah artikel kolom di CNBC yang dikutip KompasTekno.

Nama BlackBerry Priv sebelumnya sudah sempat bocor, berikut dengan aneka bocoran foto dan video dari perangkat yang bersangkutan.

Menurut Chen, Priv merupakan perangkat flagship yang ditujukan untuk konsumen umum, pekerja profesional, juga kalangan pemerintahan yang ingin produktif dan aman dengan perangkat Android.

Nama Priv sendiri diambil dari kata “Privacy” yang mencerminkan misi perangkat ini melindungi privasi dan keamanan pemiliknya.

Chen belum mengutarakan detail spesifikasi dari Priv. Rumor yang beredar sebelumnya menyebutkan bahwa ia akan memiliki layar 5,4 inci (2560x1440), prosesor Snapdragon 808, RAM 3GB, kamera 18 megapiksel dan 5 megapiksel, serta keyboard yang mendukung touch input seperti BlackBerry Passport.

BlackBerry berencana meluncurkan Priv sebelum akhir tahun ini di beberapa wilayah pasar utama di seluruh dunia.


http://tekno.kompas.com/read/2015/09/26/09223507/Ponsel.BlackBerry.Android.Resmi.Diumumkan

Siapakah Manusia Indonesia?


Kapan dan dari mana datangnya leluhur kita di kepulauan ini? Kenapa ada sedemikian banyak etnis dengan bahasa dan adat istiadat berbeda? Apa yang membedakan dan menyatukan kita? Jawabannya tersimpan dalam setiap sel di tubuh kita.

Dengan 730 etnik, Nusantara adalah kawasan dengan keragaman tinggi. Tak heran Denys Lombard (1990) menyebutnya sebagai "Silang Budaya", pertemuan Barat dan Timur. Bahkan, keragaman juga terjadi di pulau kecil, seperti Pulau Yamdena di Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Di pulau seluas 3.333 kilometer persegi ini saja terdapat dua populasi yang berbeda bahasa. "Bahasa orang Makatian jelas beda dengan kami," kata Paternus Lakeban Fifilyaman Koisine (79), tetua adat Desa Sangliat Dol. Berada di pesisir timur pulau, mereka berbicara dalam bahasa Yamdena.

Sementara orang Makatian di pesisir barat pulau berbicara dalam bahasa Seluwasan. Padahal, kedua desa ini hanya terpisah jarak sekitar 70 kilometer dengan hambatan geografis minim.

Baik bahasa Yamdena maupun Seluwasan termasuk Austronesia, rumpun bahasa yang menyebar di Nusantara, Filipina, hingga Madagaskar. Tak mengherankan jika beberapa kata dasar bahasa Yamdena dan Seluwasan memiliki kemiripan, bahkan dengan bahasa di pulau lain. Kata "anjing", misalnya, di Jawa disebut sebagai "asu", bahasa Makatian diucapkan "aswe" dan Seluwasan "asw".

Namun, bukan karena persamaan beberapa kata ini yang membuat Paternus meyakini nenek moyangnya berasal dari Jawa. "Itu sudah jadi kepercayaan turun-temurun. Di sini, banyak yang nama adatnya 'ken'. Di Jawa Ken Arok, di sini ada Ken Ares," kata Paternus. "Kedatangan leluhur kami mungkin ada hubungannya dengan perahu batu," lanjutnya.

Di tengah desa, batuan gamping dan koral disusun membentuk perahu dengan panjang 18 meter, lebar 9,8 meter, dan tinggi 1,64 meter. Di atas perahu batu ini terdapat meja batu yang sebelumnya digunakan sebagai altar persembahan.

Marlon Rimimasse, arkeolog Balai Arkeologi Ambon, mengatakan, perahu batu merupakan pusat orientasi permukiman kuno di Tanimbar. Ciri permukiman kuno ini berada di atas tebing, akses terbatas, dan dikelilingi tembok.

"Tipe permukiman ini muncul sejak awal Masehi dan mencapai puncak pada abad ke-14. Permukiman seperti ini juga ada di Moa, Lakor, dan Timor Timur," katanya.

Namun, apakah benar masyarakat Tanimbar memiliki hubungan dengan Jawa? Marlon mengaku tidak tahu. "Kami pernah mencoba menggali di sekitar perahu itu, tetapi tidak mendapat izin karena masih dianggap sakral," ujarnya.

Arkeologi sangat bergantung pada artefak masa lalu. Tanpa akses pada artefak, arkeolog menemui jalan buntu. Pada titik inilah studi genetika memberi jalan keluar.

Jejak di tubuh

Untuk menjawab asal-usul inilah, pada akhir September 2015, tim peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengambil sampel darah masyarakat di Pulau Yamdena dan Kepulauan Kei. "Penelitian ini bagian dari proyek panjang pemetaan genetika manusia Indonesia yang dimulai sejak 1996," kata Herawati Sudoyo, ahli genetika Eijkman, yang memimpin penelitian.

Revolusi genetika dimulai ketika Compton Crick menemukan struktur DNA (asam deoksiribonukleat) pada tahun 1953. Menurut teori ini, tubuh manusia terdiri atas miliaran sel, yang di dalamnya terdapat nukleus (inti sel). Di dalam nukleus ada kromosom, kumpulan gen serupa benang. Lebih renik lagi, gen disusun oleh molekul DNA, yang merupakan kombinasi basa timin (T), adenin (A), guanin (G), dan sitosin (S). Merekalah penentu warna kulit, rambut, kecenderungan untuk menderita diabetes, bakat gemuk atau kurus, bahkan juga perilaku. Dengan mengetahui kombinasi basa ini, dan perubahannya, pengembaraan DNA manusia bisa dilacak jauh ke belakang.

"Studi kami di Indonesia awalnya untuk mencari hubungan DNA dengan mutasi penyakit, seperti talasemia dan hemoglobinopathy (jenis penyakit sel darah merah)," jelas Herawati. "Selain itu, kami juga ingin tahu kerentanan maupun daya tahan setiap etnis terhadap penyakit non-infeksi, seperti diabetes melitus (kencing manis)."

Untuk itu, dibutuhkan data struktur genetika orang Indonesia. "Masalahnya, gen orang Indonesia belum dipetakan. Kebanyakan studi fokus pada daratan Asia maupun Pasifik. Itu mengherankan kami karena Indonesia merupakan jalur penting migrasi awal out of Africa hingga Australia," katanya. "Maka, kami berinisiatif mengumpulkan sampel DNA manusia Indonesia."

Genap sebulan sejak pengumpulan sampel DNA orang Tanimbar. Kamis (8/10/2015), di laboratorium Eijkman di Jakarta, tim peneliti mendiskusikan temuan awal. "Dari 106 sampel, baru sembilan yang selesai," ujar Chelzie C Darussalam, peneliti muda Eijkman.

Namun, hasil analisis awal terhadap sembilan sampel itu cukup mengejutkan. "Kami sudah dapatkan haplogroup (kelompok DNA mitokondria) 'E1a1a', 'F1a3a', 'Q1', dan 'M7c1a4a'. Ini bisa menunjukkan keragaman asal mereka," kata Herawati.

Kelompok E merupakan tipe yang hanya dimiliki para penutur Austronesia yang turun dari Taiwan (out of Taiwan) sekitar 5.000 tahun lalu. Tanda '1a1a' di belakang huruf 'E' menunjukkan mutasi gen yang menandai persinggahan mereka di masa lalu. Semakin panjang huruf dan angka di belakang E, artinya semakin banyak persinggahannya selama migrasi dari Taiwan sebelum tiba di Tanimbar.

Adapun haplogroup Q hanya dimiliki orang Papua dan Aborigin, kelompok migran pertama yang meninggalkan Afrika sekitar 70.000 tahun lalu dengan menyusuri garis pantai sepanjang khatulistiwa. Sekitar 50.000 tahun lalu, jejak mereka ditemukan di Asia Tenggara dan sekitar 46.000 tahun lalu, mereka tiba di Australia.

Haplogroup M merupakan tipe yang juga dimiliki migran pertama dari Afrika, tetapi jalurnya berbeda. Jejak 'M2' ditemukan di India 44.000 tahun lalu dan 'M7c1' ditemukan di Tiongkok 27.000-19.000 tahun lalu.

"Kelompok ini sering disebut sebagai Austroasiatik yang masuk ke Nusantara dari daratan Asia lewat Semenanjung Malaya yang saat itu masih satu dengan Sumatera," ujar Herawati.

Tiba-tiba, Gludhug Purnomo, peneliti muda Eijkman, berseru, "Wah, tipe 'F1' bukannya pernah kita temukan di Jepara (Jawa Tengah) juga? Betul juga kepercayaan masyarakat Sangliat Dol bahwa nenek moyang mereka dari Jawa? Setidaknya mereka pernah singgah di Jawa."

Sebagaimana haplogroup M, kelompok F juga bermigrasi dari daratan Asia ke Nusantara melalui Semenanjung Malaya.

Sejumlah gelombang

Temuan awal ini semakin menguatkan teori bahwa migrasi manusia ke Nusantara terjadi dalam beberapa gelombang. Temuan ini juga berpotensi merevisi pandangan klasik tentang pembagian dua ras yang mendiami Nusantara, seperti dijelaskan Alfred Russel Wallace (1823-1913) dalam The Malay Archipelago (1869): "Ras Melayu mendiami hampir seluruh bagian barat kepulauan itu, sedangkan ras Papua mendiami New Guinea (Papua) dan beberapa pulau di dekatnya".

Penyebutan Melayu dan Papua sebagai ras yang berbeda ini memang sudah lama disanggah. Pakar genetika asal Italia, Cavalli-Sforza (2000), membuktikan bahwa secara biologis, hanya ada satu ras manusia modern, yaitu Homo sapiens yang awalnya tinggal di Afrika. Pembagian biasanya dilakukan berdasarkan bahasa, jadi yang lebih tepat adalah penutur Austronesia dan Papua.

Namun, analisis DNA 6.000 individu dari 70 populasi utama di Indonesia menunjukkan percampuran gen dibanding pemisahan. "Pencampuran ini bersifat gradasi, dengan presentasi haplogroup Austronesia yang tinggi di Indonesia barat dan menurun ke timur. Hal ini diikuti rendahnya persentase genetik Papua di kawasan barat, tetapi meninggi di timur," ujar Herawati.

Secara sederhana bisa ditafsirkan bahwa penutur Papua telah lebih dulu menghuni Nusantara sebelum kedatangan populasi Austroasiatik dan Austronesia. Mereka kawin-mawin sehingga masyarakat Indonesia saat ini sebenarnya disatukan oleh pencampuran motif genetik Austronesia, Austroasiatik, dan Papua dengan komposisi bervariasi. Belakangan, sebagian populasi mendapat tambahan gen India, Tiongkok, Arab, dan Eropa. Inilah yang membentuk genetika manusia Indonesia.
Adapun haplogroup Q hanya dimiliki orang Papua dan Aborigin, kelompok migran pertama yang meninggalkan Afrika sekitar 70.000 tahun lalu dengan menyusuri garis pantai sepanjang khatulistiwa. Sekitar 50.000 tahun lalu, jejak mereka ditemukan di Asia Tenggara dan sekitar 46.000 tahun lalu, mereka tiba di Australia.
Haplogroup M merupakan tipe yang juga dimiliki migran pertama dari Afrika, tetapi jalurnya berbeda. Jejak 'M2' ditemukan di India 44.000 tahun lalu dan 'M7c1' ditemukan di Tiongkok 27.000-19.000 tahun lalu.
"Kelompok ini sering disebut sebagai Austroasiatik yang masuk ke Nusantara dari daratan Asia lewat Semenanjung Malaya yang saat itu masih satu dengan Sumatera," ujar Herawati.
Tiba-tiba, Gludhug Purnomo, peneliti muda Eijkman, berseru, "Wah, tipe 'F1' bukannya pernah kita temukan di Jepara (Jawa Tengah) juga? Betul juga kepercayaan masyarakat Sangliat Dol bahwa nenek moyang mereka dari Jawa? Setidaknya mereka pernah singgah di Jawa."
Sebagaimana haplogroup M, kelompok F juga bermigrasi dari daratan Asia ke Nusantara melalui Semenanjung Malaya.
Sejumlah gelombang
Temuan awal ini semakin menguatkan teori bahwa migrasi manusia ke Nusantara terjadi dalam beberapa gelombang. Temuan ini juga berpotensi merevisi pandangan klasik tentang pembagian dua ras yang mendiami Nusantara, seperti dijelaskan Alfred Russel Wallace (1823-1913) dalam The Malay Archipelago (1869): "Ras Melayu mendiami hampir seluruh bagian barat kepulauan itu, sedangkan ras Papua mendiami New Guinea (Papua) dan beberapa pulau di dekatnya".
Penyebutan Melayu dan Papua sebagai ras yang berbeda ini memang sudah lama disanggah. Pakar genetika asal Italia, Cavalli-Sforza (2000), membuktikan bahwa secara biologis, hanya ada satu ras manusia modern, yaitu Homo sapiens yang awalnya tinggal di Afrika. Pembagian biasanya dilakukan berdasarkan bahasa, jadi yang lebih tepat adalah penutur Austronesia dan Papua.
Namun, analisis DNA 6.000 individu dari 70 populasi utama di Indonesia menunjukkan percampuran gen dibanding pemisahan. "Pencampuran ini bersifat gradasi, dengan presentasi haplogroup Austronesia yang tinggi di Indonesia barat dan menurun ke timur. Hal ini diikuti rendahnya persentase genetik Papua di kawasan barat, tetapi meninggi di timur," ujar Herawati.
Secara sederhana bisa ditafsirkan bahwa penutur Papua telah lebih dulu menghuni Nusantara sebelum kedatangan populasi Austroasiatik dan Austronesia. Mereka kawin-mawin sehingga masyarakat Indonesia saat ini sebenarnya disatukan oleh pencampuran motif genetik Austronesia, Austroasiatik, dan Papua dengan komposisi bervariasi. Belakangan, sebagian populasi mendapat tambahan gen India, Tiongkok, Arab, dan Eropa. Inilah yang membentuk genetika manusia Indonesia.


http://sains.kompas.com/read/2015/10/12/09450171/Siapakah.Manusia.Indonesia.?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

Rusia sorot pembelian SU-35, Indonesia bukan tandingan AU Australia


Upaya perusahaan penerbangan asal Amerika Serikat (AS), Lockheed Martin jauh-jauh datang ke tanah air untuk merayu pemerintah Indonesia membeli varian terbaru F-16 sirna sudah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) menyatakan menolak dan tetap melanjutkan rencana pembelian Sukhoi Su-35 dari Rusia.

Padahal, Lockheed Martin menawarkan serangkaian keunggulan dan sangat menggiurkan. Mulai dari negara pertama yang mengoperasikan F-16 Viper, hingga biaya operasional terjangkau serta penggunaan teknologi terkini.

Meski tawaran menarik tersebut tak membuat TNI AU bergeming dari rencana semula. Korps dengan semboyan 'Swa Bhuwana Paksa' tetap menjalankan rencana awal, yakni membeli Sukhoi Su-35 buatan Rusia untuk menggantikan F-5 Tiger II yang mulai termakan usia.

Sikap Indonesia itu menarik perhatian media-media di Rusia. Mereka sampai mengulas alasan Indonesia yang memilih merapat ke Blok Timur dari pada kembali ke pelukan AS dan sekutunya.

Terpilihnya Su-35 sebagai armada pengganti F-5 Tiger II ini langsung menjadi pusat perhatian. Bahkan, Rusia sampai menganalisa sejumlah alasan yang membuat TNI AU memilih merapat ke Rusia dibandingkan kembali melirik jet tempur buatan AS.

Sejak 2013, lima jet tempur Su-27 dan 11 Su-30 telah memperkuat TNI AU, upaya untuk mendatangkannya dimulai sejak pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Padahal, di saat bersamaan, Indonesia juga masih mengoperasikan 12 pesawat F-16 Fighting Falcon yang dibeli pada 1990-an.

"Indonesia melirik pesawat Rusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sebab, 12 F-16A/B dan 16 F-5E/F tak bisa dirawat akibat aksi embargo AS," tulis majalah Rusia, Russia Beyond The Headlines (RBTH).

Embargo ini dilakukan atas desakan Australia akibat bentrokan di Timor Timur pascajajak pendapat yang akhirnya melepas provinsi tersebut menjadi negara yang merdeka. Pemerintah AS mengamini permintaan tersebut dan menuding Indonesia telah melakukan pelanggaran HAM.

Untuk mengatasi embargo itu, Indonesia mendekat ke Rusia dan menandatangani kontrak kerja sama sebesar USD 192 juta lewat Rosoboronexport. Rencana pembelian makin dikuatkan lewat penandatangan perjanjian senilai USD 300 juta empat tahun setelahnya.

Di tahun yang sama, hubungan Jakarta dan Washington mulai membaik. Namun, kondisi ini tak membuat Indonesia mengalihkan perhatiannya untuk kembali mendatangkan jet tempur buatan AS.

"Tentunya itu bukan merefleksikan orientasi politik Indonesia. Pembelian itu benar-benar terjadi karena Indonesia tertarik dengan pesawat Sukhoi," ujar seorang pengamat hubungan internasional Martin Sieff.

Keuntungan lainnya, komponen yang dimiliki Su-35 juga bisa digunakan varian sebelumnya, yakni Su-27 dan Su-30 yang sudah dimiliki Indonesia sebelumnya. Apalagi secara performa, pesawat tersebut dapat bersaing ketat dengan F-22A Raptor buatan AS.

"Dengan kemampuan itu, ditambah kebijakan Rusia untuk menghindari kondisi politik yang mempengaruhi penjualan senjata, membuat Indonesia berpaling ke Rusia sebagai menyuplai senjata."

Kehadiran Su-35 ke Indonesia ini bisa mengubah peta kekuatan di kawasan Asia pasifik. Bahkan, diyakini mampu menandingi para penerbang F-18 Hornets Australia ketika berhadapan di udara.

"Kedatangan seri terbaru dari Su-27SK dan Su-30MK dari negara terbesar telah mengubah wajah, di mana F/A-18A/B/F sudah kalah kelas dari seluruh parameter performanya telah melebar," tulis Air Power Australia.


http://www.merdeka.com/peristiwa/rusia-kehadiran-su-35-buat-tni-au-bikin-was-was-australia.html